Monday, October 26, 2009

Ratna Museum Wartha

Background
Ada lukisan dinding karya I Gusti Nyoman Lempad. There are frescoes by I Gusti Nyoman Lempad. Ukurannya raksasa. Giant size. Beberapa bagiannya rusak. Some parts damaged. Warnanya kalah melawan waktu. Color defeat against time. Di dalam ada karya Anak Agung Gede Meregeg, Bima mencari arwah ibu dan bapaknya (1939). Inside there are works of Anak Agung Gede Meregeg, Bima seeking spirit mother and father (1939). Inilah Puri Lukisan. This is the Castle Painting. Ada mitologi Bali. There Balinese mythology. Ada Bima. Bima. Garuda, Leak, dan bermacam cerita wayang. Garuda, Leak, and various puppet story. Tapi juga ada gambar gadis-gadis muda bertelanjang dada, mandi di kolam. But there are also pictures of young girls topless, bathing in the pool.

Menurut Jean Couteau, seorang peneliti-cum-sastrawan Prancis, dalam buku Museum Puri Lukisan , koleksi Puri Lukisan merupakan saksi mata pembaruan seni lukis dan seni patung Bali. According to Jean Couteau, a researcher-cum-literary French, the book Painting Museum Puri, Puri Paintings collection is a renewal eyewitness painting and sculpture in Bali.

Pembaruan ini terjadi pada masa Hindia Belanda. This update occurs during the Dutch East Indies. Seniman Bali hingga abad ke-19 berkesenian untuk melayani keperluan ritual agama atau aristokrasi. Balinese artists to the 19th century, art to serve the needs of religious or aristocracy. Ketika kerajaan-kerajaan Bali ditaklukkan Belanda, maka pengaruh orang asing pun pelan-pelan masuk ke Bali. When the kingdoms of Bali conquered the Netherlands, the influence of any foreign person it slowly went to Bali. Kolonialisme membuat kesenian Bali berubah. Colonialism made Balinese art changed. Seni ini pun makin marak dengan berkembangnya turisme Bali pada 1920-an. This art was more widespread with the development of tourism Bali in the 1920s.

“Sekarang koleksinya lebih dari 200 lembar lukisan, patungnya mungkin ada 80-an,” kata Tjokorda Bagus Astika, direktur Museum Puri Lukisan. "Now his collection of more than 200 pieces of paintings, sculpture and maybe 80's," said Tjokorda Bagus Astika, director of the Museum Puri Paintings. Koleksinya kebanyakan dikumpulkan Rudolf Bonnet. The collection is mostly collected by Rudolf Bonnet. Bicara Puri Lukisan memang harus bicara tentang Bonnet, Walter Spies, maupun Tjokorda Agung Sukawati – tiga serangkai yang berperan besar dalam pembaruan seni rupa Bali. Talk Puri Paintings must mention Bonnet, Walter Spies, and Tjokorda Agung Sukawati - a triumvirate that play a major role in the renewal of Balinese art.

Walter Spies kelahiran Moskow 1895 dari sebuah keluarga Jerman. Walter Spies was born in Moscow in 1895 from a German family. Pada 1923 Spies pergi melihat Hindia Belanda dan sempat bekerja sebagai musikus di keraton Yogyakarta. In 1923 he traveled to the Dutch East Indies and had worked as a musician in the palace of Yogyakarta. Di sana Spies bertemu seorang pangeran dari Ubud bernama Tjokorda Raka Sukawati – anggota Volksraad yang pernah belajar di Paris dan beristrikan perempuan Prancis. There Spies met a prince of Ubud, Tjokorda Raka Sukawati - members of the Volksraad who had studied in Paris and married a French woman. Si pangeran mengundang Spies ke Ubud dan memperkenalkan adiknya, Tjokorda Gede Agung Sukawati. The prince invited Spies to Ubud and introduced his brother, Tjokorda Gede Agung Sukawati. Merasa cocok, Spies memutuskan menetap di kota kecil ini. Spies decided to settle in this small town.

Dalam beberapa tahun saja Spies dianggap sebagai orang non-Bali yang paling tahu soal Bali. Within a few years, Spies considered a non-Balinese people who most know about Bali. Dia jadi kolektor serangga, pengarah musik, konsultan pembuatan film, menciptakan koreografi –termasuk tari Kecak – menulis artikel dan buku, serta membantu pengembangan seni rupa Bali. He became collector of insects, a composer, a film consultant, created the choreography, including dance Kecak - writing articles and books, as well as helping the development of Balinese art.

Spies membuka pintu rumahnya untuk tamu mancanegara yang mulai berdatangan ke Bali. Spies opened the door for foreign tourists who came to Bali. Seorang di antaranya Rudolf Bonnet dari keluarga Belanda keturunan Huguenot (orang Prancis beragama Protestan). A including Rudolf Bonnet, Huguenot descendants of Dutch families (French Protestants).

Kehadiran dua seniman Eropa ini membuat gerakan pembaruan seni Bali mendapat momentum besar. The presence of these two European artists made the renewal of the Balinese arts major momentum. Spies dan Bonnet menyediakan materi dan teknik baru. Spies and Bonnet provide materials and new techniques. Spies menjadikan rumahnya untuk melatih 12-15 anak muda Bali melukis. Spies made his home to train young people 12-15 Balinese painting. Tiga sekawan itu juga membantu pemasarannya. Three He also helped them market their work.

Pada 1936 mereka mendirikan perkumpulan Pita Maha. In 1936 they founded the Pita Maha associations. Nama ini diambil dari bahasa Kawi kuno yang artinya “nenek moyang luhur.” Ketuanya Ida Bagus Putu dan komite artistiknya Tjokorda Agung, Bonnet, Spies, dan Lempad. The name is derived from the ancient Kawi language, meaning "noble ancestors." Ida Bagus Putu Chairman and artistic committee Tjokorda Agung, Bonnet, Spies, and Lempad. Keanggotaannya tersebar pada semua sentra kesenian Bali: desa Peliatan, Padangtegal, Pengosekan, Mas, Nyuhkuning, Batuan, Sanur, Klungkung, dan Celuk. Its membership is spread on all Bali art center: village Peliatan, Padangtegal, Pengosekan, Mas, Nyuhkuning, Stone, Sanur, Klungkung, and Celuk. Anggotanya 120-150 seniman. 120-150 members artist.

Tiap minggu pengurus bertemu di rumah Spies. Committee met every week at home Spies. Mereka menyelenggarakan pameran di Batavia, Bandung, Medan, Palembang, Surabaya, maupun Belanda, Paris, New York, Nagoya. They held exhibitions in Batavia, Bandung, Medan, Palembang, Surabaya, and the Netherlands, Paris, New York, and Nagoya. Pendek kata, pembaruan seni Bali ini membuat publik kesenian dunia kagum – setara dengan kekaguman terhadap kesenian dari Cina, Jepang, maupun India. In short, this update makes the art of Balinese art public admiration of the world - equivalent to the admiration of art from China, Japan, and India. Kekuatan anatomis Lempad jadi termasyhur di seluruh negeri. Strength anatomical Lempad so famous throughout the country.

Perang Dunia II meletus. World War II broke out. Spies dikeluarkan dari Pita Maha dengan tuduhan terlibat homoseksualisme. Spies expelled from the association with the alleged involvement homoseksualisme. Bonnet protes dan mundur dari Pita Maha. Bonnet protest and withdrew from the association. Masuknya tentara Jepang membuat kegiatan Pita Maha berhenti. The entry of Japanese troops made Pita Maha activity stops. Beberapa seniman menghimpun diri dalam Golongan Pelukis Ubud. Some artists gather themselves in Ubud Painters Group. Pada 1942 Pita Maha dibubarkan. Pita Maha in 1942 disbanded.

Spies dan Bonnet ditahan pasukan Jepang. Spies and Bonnet were arrested by Japanese troops. Malang nasib Spies, kapal yang membawanya pulang ke Jerman, tenggelam terkena torpedo Jepang dekat perairan Srilanka. Poor Spies, the ship that took him back to Germany, Japan was torpedoed and sunk off Sri Lanka. Bonnet ditahan di Makassar tapi berhasil kembali ke Bali sesudah kemerdekaan Indonesia. Bonnet was held in Makassar, but managed to return to Bali after Indonesian independence.

Masa revolusi dimanfaatkan Bonnet untuk riset, mendidik pelukis muda, dan mengumpulkan koleksi Pita Maha. Bonnet used the revolutionary period to research, educate the young painter, and collect the Pita Maha. Cita-cita membangun museum bersama Tjokorda Agung dihidupkan lagi. The ideals of building a museum with Tjokorda Court resumed.

Mereka membeli sebidang tanah dekat puri keluarga Sukawati. They purchased land near Sukawati family castle. Pada 1953 terbentuklah Yayasan Ratna Wartha dengan tujuan membangun museum. In 1953 Rachael Wartha Foundation was formed with the aim of building a museum. Pada Januari 1954 Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo, yang kebetulan teman dekat Tjokorda Agung, datang ke Ubud dan meletakkan batu pertama pembangunan museum. In January 1954, Prime Minister Ali Sastroamidjojo, who happened to be a close friend of Tjokorda Great, came to Ubud and laid the first stone construction of the museum.

Donasi pun mengalir dari pemerintah Indonesia, lembaga kebudayaan Belanda Sticusa, serta Ford Foundation. Donations flowed from the government of Indonesia, the Dutch cultural institutions Sticusa, and the Ford Foundation. Dua tahun kemudian museum itu diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Yamin. Two years later the museum was inaugurated by Minister of Education and Culture Muhammad Yamin. Nama "Puro Lukisan " yang artinya istana karya lukis, diciptakan Yamin. The name "Puro Painting" which means the court's painting, created Yamin.

Bonnet dan Tjokorda Agung meninggal pada 1978. Bonnet and Tjokorda Agung died in 1978. Jenasah mereka di-ngaben-kan bersama pada 1979. Their remains were in a shared Ngaben in 1979. Tapi Puri Lukisan maupun museum lain di Ubud tetap menarik minat seniman dari daerah lain, termasuk Affandi, S. But Castle Painting and other museums in Ubud still attract artists from other regions, including Affandi, S. Sudjojono, Dullah, maupun negara lain, untuk menggali ide serta belajar. Sudjojono, Abdullah, as well as other countries, to explore ideas and learn.

Museum Location
Lokasi Museum Puri Lukisan terletak di Desa Ubud dan Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Painting Castle Museum location is located in the village of Ubud and Ubud District, Gianyar Regency. Lokasi museum ini sangat strategis berada diatas tanah munduk yaitu sebidang tanah dengan keadaan yang agak tinggi di kelililingi oleh semak, jurang, sawah dan sungai. The location of this museum is very strategically located above ground Munduk the plot of land with a fairly high state of kelililingi by bush, gulf, fields and rivers. Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas 100 are pada ketinggian 300 m diatas permukaan laut dan temperatur rata-rata 28 0 C. This building stands on land at an altitude of 100 are 300 m above sea level and an average temperature of 28 0 C. Setiap gedung menampilkan wajah tradisional Bali. Every building shows the traditional face of Bali.

Buildings in Complex Museum
Kompleks bangunan yang dimiliki oleh Museum Puri Lukisan yang dibangun pada areal seluas 13.500 m 2 terdiri dari beberapa gedung : Complex of buildings owned by the Museum of Painting Castle was built in an area about 13,500 m 2 consists of several buildings:

1. 1. Gedung Induk untuk kepentingan edukatif, kultur dan kamar penyimpanan koleksi termasuk perawatannya. Main building for educational purposes, cultural and collection storage rooms, including maintenance.

2. 2. Gedung sayap kiri tempat pameran koleksi terpilih dan bermutu tinggi, baik patung maupun lukisan. The left wing of the building where the exhibition of a collection of selected and high quality, both sculpture and painting.

3. 3. Gedung sayap kanan merupakan pusat kegiatan para seniman dan seniwati dalam berkarya seni. Right wing of the building is a center of the artists and artist in a work of art.

4. 4. Sebuah bangunan barang-barang souvenir semuanya berupa barang-barang contoh untuk dijual. A building souvenir items of all sample goods for sale.

5. 5. Tempat tiket terletak di bagian depan jembatan museum, sebuah toilet Place of tickets located in the front of the bridge museum, a toilet

6. 6. Komplek bangunan pameran sementara yang terdiri dari sebuah wantilan, sebuah balai panjang yang digunakan untuk kegiatan pameran temporal. Temporary exhibition building complex consisting of a wantilan, a long hall is used for temporary exhibitions.

Koleksi Museum Museum Collections
Koleksi Museum antara lain koleksi seni lukis mulai dari lukisan tertua sampai lukisan terbaru. Museum collections include collections of art ranging from painting oldest to newest paintings. Koleksi seni patung , koleksi seni pahat dan kerajinan. Sculpture collection, a collection of sculpture and crafts. Koleksi lukisan tertua yang dimiliki berasal dari tahun 1931 karya alm. Collection of paintings owned by the oldest dating from the late 1931's. Ida Bagus Made Kembeng dan koleksi patung tertua dari tahun 1932 karya Ida Bagus Ketut Gelodog Ida Bagus Made Kembeng and sculpture collection in 1932 the oldest of the work of Ida Bagus Ketut Gelodog

Manager
Museum Puri Lukisan adalah museum swasta berada dibawah pengelolaan Yayasan Ratna Wartha. Painting Castle Museum is a private museum under the management of Yayasan Ratna Wartha. Tugas dan kewajiban pengelola adalah melaksanakan aturan dan tata tertib organisasi, memilih dan mengadakan penilaian terhadap hasil karya seni dan mengadakan hubungan antar daerah atau negara di dunia dalam rangka promosi, mengadakan pameran dan sebagainya. Duties and obligations of managers is to implement rules and regulations the organization, selecting and conducting an assessment of works of art and make connections between areas or countries in the world within the framework of the promotion, exhibition and so on.

Source:
http://andreasharsono.blogspot.com
http://kevinabali.wordpress.com