Monday, October 26, 2009

Bali Le Mayeur Museum

Background History
Nama Le Mayeur diambil dari nama seorang Pelukis andrien Jean Le Mayeur De Merpres yang lahir pada tanggal 9 Februari 1880 di Ixelles, Brussel, anak bungsu dua bersaudara dari ayah Andrien Le Mayeur De Merpres dan Ibu Louise Di Bosch. Le Mayeur's name is taken from the name of a painter andrien Jean Le Mayeur De Merpres who was born on February 9, 1880 in Ixelles, Brussels, the youngest of two brothers from father Andrien Le Mayeur De Merpres and mother Louise in Bosch. Pendidikan terakhirnya di Perguruan Tinggi Politeknik di Universitas Libre, Brussel dan bergelar Insinyur bangunan tetapi lebih menekuni bidang seni lukis. Education last in Polytechnic College at the University Libre, Brussels and the title of engineer buildings but more going out for painting.

Le Mayeur adalah keturunan bangsawan Belgia. Le Mayeur was a descendant of Belgian royalty. Mewarisi darah seni dari orang tuanya, Le Mayeur nekat meninggalkan Belgia untuk berkeliling dunia gara-gara dia dilarang mengembangkan bakatnya melukis. Art blood inherited from his parents, Le Mayeur desperate to leave Belgium for around the world because she is not allowed to develop his talent to paint. Bali diabadikan dalam lukisan-lukisan di atas kanvas oleh sang maestro, yang bernama asli Adrien Jean Le Mayeur de Merpres, setibanya ia di Kota Singaraja, Bali, pada 1932 dengan menumpang kapal laut. Bali immortalized in paintings on canvas by the maestro, whose original name Adrien Jean Le Mayeur de Merpres, upon his arrival he was in town Singaraja, Bali, in 1932 aboard ships. Selanjutnya Le Mayeur menuju ke Denpasar. Next Le Mayeur into Denpasar. Jiwa seni Le Mayeur tak kunjung dapat dipadamkan kendati ia sempat disekolahkan ke jurusan teknik hingga bergelar insinyur. Le Mayeur art soul never be extinguished even though he had sent to school to degree engineering to engineers.

Dalam meniti karirnya sebagai pelukis, Le Mayeur kemudian melanglang buana ke berbagai belahan dunia seperti Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aoljazair, India, Thailand, Kanboja, Tahiti dan akhirnya ke Bali. In pursue a career as a painter, Le Mayeur then traveled to various parts of the world such as France, Italy, Morocco, Tunisia, Aoljazair, India, Thailand, Kanboja, Tahiti and finally to Bali. Le Mayeur menginjakkan kaki pertama di Bali pada tahun 1932 melalui jalan laut dan mendarat di Singaraja kemudian melanjutkan perjalanan ke Denpasar, dengan menyewa sebuah rumah di Desa Kelandis. Le Mayeur first set foot on Bali in 1932 through the sea and landed in Singaraja then traveled to Denpasar, with a rent a house in the village of Kelandis. Di tempat inilah kemudian Le Mayeur berkenalan dengan seorang penari Legong bernama Ni Nyoman Pollok kelahiran 03 Mart 1917. This is where Le Mayeur then met a Legong dancer Ni Nyoman Pollok named 03 Mart 1917 births. Kecantikan dan keanggunan Ni Pollok waktu menari menggugah hati Le Mayeur untuk menjadikan Ni Pollok menjadi model dalam lukisannya. Beauty and elegance of dance time Ni Pollok Le Mayeur's heart stirred to make a model Ni Pollok in the picture.

Para pencinta lukisan tentu tidak bakal kesulitan untuk menilai, bahwa karya-karya lukis Le Mayeur adalah bergaya impresionis. The lover of painting would not be difficult to assess, that the works of painter Le Mayeur was the impressionist style. Kehidupan kontemporer Bali saat itu serta pemandangan di alam terbuka banyak dijadikan objek lukisan oleh Le Mayeur. Balinese contemporary life as well as the outdoor scenery made the object of many paintings by Le Mayeur. Sapuan kuas Le Mayeur menciptakan kesan bersemangat gadis-gadis Bali yang cantik-cantik dan muda belia. Le Mayeur brushstrokes create a vibrant Balinese girls beautiful young and youthful. Objek ini memang salah satu yang paling diminati Le Mayeur. This object is one of the most sought after Le Mayeur. Lukisan-lukisan Le Mayeur di sisi lain juga terlihat begitu alamiah, karena kegemaran dia menggunakan warna-warna murni dan cerah mengacu apa yang disaksikannya langsung. Paintings Le Mayeur on the other side also looks so natural, because the passion he uses pure colors and bright refer directly what he had seen. Di antara yang terpopuler dari karya Le Mayeur adalah lukisan-lukisan berobjek seorang gadis Bali bertubuh molek dan tampil bertelanjang dada. Among the most popular of the works of Le Mayeur's paintings are a girl Bali Eg comely stature and appear bare-chested. Siapakah dia? Who is he? Obyek lukisan itu tidak lain adalah Ni Nyoman Pollok, seorang penari Legong Kraton, yang belakangan menjadi istri sang maestro, Dilahirkan di Kelandis, 31 Mei 1917, Ni Pollok mulai dijadikan model dalam lukisan-lukisan Le Mayeur pada usia 15 tahun. Object painting was none other than the Ni Nyoman Pollok, a dancer Legong Kraton, which later became the maestro's wife, was born in Kelandis, May 31, 1917, Ni Pollok began to serve as a model in paintings Le Mayeur at the age of 15 years. “Keluwesan gerakan tari serta kecantikan wajah Ni Pollok memikat hati Le Mayeur. "Flexibility of dance movements and facial beauty captivate Ni Pollok Le Mayeur. Ia kemudian meminta izin pada sekehe (sanggar, Red) agar salah satu penarinya, yakni Ni Pollok, agar diperbolehkan dijadikan model lukisan. He then asked for permission to sekehe (studio, Red) so that one of the dancers, the Ni Pollok, allowed to serve as a model for the painting.

Seiring dengan perjalanan waktu hubungan Le Mayeur dengan Ni Pollok semakin intim dan berlanjut ke jenjang pernikahan. Over time the relationship with Ni Le Mayeur Pollok more intimate and continuing into the marriage. Ni Pollok sebagai seorang istri menghendaki keturunan tapi Le Mayeur menolak alasannya karena Ni Pollok tetap sebagai model. Ni Pollok as a wife wants descent but Le Mayeur rejected the reason that Ni Pollok remain as a model. Hal ini akan merusak keindahan tubuhnya jika hamil. This will damage the beauty of her body when pregnant. Ni Pollok tetap tak kehilangan semangat dijadikan model lukisan bagi sang suami. Ni Pollok still not lose the spirit of the painting used as a model for the husband. Ia juga tetap setia mendampingi hingga akhir hayatnya. He also remained loyal consort until his death.

Ketenaran Le Mayeur makin lama makin meningkat. Le Mayeur fame grew up. Hal ini terbukti dengan banyaknya kunjungan-kunjungan dan bahkan dari pejabat tinggi negara seperti Presiden RI pertama Ir. This was proven by the number of visits and even from the high state officials such as the first President Ir. Soekarno, Perdana Menteri India Pandir Jawaharlal Nehru dan lain-lain. Sukarno, Indian Prime Minister Jawaharlal Nehru and fool others. Pada tahun 1956 Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI yaitu Bahder Djohan berkunjung ke rumah Le Mayeur. In 1956 the Minister of Education and Culture Teaching Bahder Djohan RI that visited the house, Le Mayeur. Beliau sangat terkesan dengan karya seni Le Mayeur, dan mencetuskan gagasan untuk menjadikan rumah tinggal Le Mayeur sebagai museum agar karya seninya dapat dilestarikan. He was very impressed with the work of art Le Mayeur, and sparked the idea to make Le Mayeur home as a museum for his art can be preserved. Gagasan ini disambut baik oleh Le Mayeur maka pada tanggal 28 Agustus 1957 dengan akte hadiah nomor 37 Lke Mayeur menghadiahkan hak miliknya kepada Ni Pollok dan pada hari yang sama Ni Pollok sebagai pewaris selanjutnya mempersembahkan kepada Pemerintah Indonesia berdasarkan akte hadiah nomor 38. This idea was welcomed by Le Mayeur is on August 28, 1957 with a gift certificate number 37 LKE Mayeur property presented to Ni Pollok, and on the same day as the heir to Ni Pollok then presented to the Government of Indonesia based on the gift certificate number 38.

Melalui sebuah surat wasiat yang ditulis pada 1957, disepakati bahwa apabila pasangan Le Mayeur-Ni Pollok telah wafat, maka rumah mereka di Pantai Sanur akan diserahkan kepada pemerintah RI sebagai museum. Through a will written in 1957, agreed that if the couple Le Mayeur-Ni Pollok had died, then their house in Sanur Beach will be submitted to the government of Indonesia as a museum. Kesepakatan itu dicapai dari hasil kunjungan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, Bahder Djohan, yang pada 1957 ditugasi Bung Karno bertemu dengan Le Mayeur untuk menyampaikan usulan agar rumahnya yang di Jl.Hang Tuah kelak dapat dijadikan sebagai museum. The deal was finalized from the results of the visit Minister of Education and Culture, Bahder Djohan, who in 1957 assigned to Bung Karno meeting with Le Mayeur to submit a proposal to his house in Jl.Hang Tuah can later be used as a museum.

Pada awal tahun 50-an, kondisi kesehatan Le Mayeur mulai menurun dan pada bulan Maret 1958 Le Mayeur berobat ke Belgia didampingi istrinya. In the early 50's, Le Mayeur's health condition began to deteriorate and in March 1958 in Le Mayeur examined at Belgium accompanied by his wife. Pada tanggal 27 Mei 1958 Le Mayeur Sang Maestro yang berusia 78 tahun itu meninggal dunia dan jenasahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Ixelles, Brussel. On May 27, 1958 Le Mayeur the Maestro 78-year-old had died and the corpse was buried in the family cemetery Ixelles, Brussels. Pengelolaan selanjutnya dilakukan oleh Ni Pollok. Management is then performed by Ni Pollok. Pada tanggal 27 Juli 1985 Ni Pollok meninggal dunia, maka perusahaan seni lukis ditinggalkannya kini milik Pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali. On July 27, 1985 Ni Pollok's death, the painting company's abandonment of the Government of Indonesia is now managed by the Regional Government of Bali Province. Rumah beserta isinya sekarang menjadi Museum Le Mayeur. The house and its contents is now the Museum Le Mayeur.

Sebelum ia meninggal dunia pada 27 Juli 1985. Before he died on July 27, 1985. Sebuah monumen yang berhiaskan patung Le Mayeur dan Ni Pollok dibangun tepat di samping rumah tersebut. A monument decorated with sculptures of Le Mayeur and Ni Pollok was built right beside the house. Di rumah inilah, kini kita masih bisa menyaksikan karya-karya tak ternilai Le Mayeur. In this house, now we can still see the works of Le Mayeur priceless. Usia yang tua hingga tingginya kelembapan udara di pinggir pantai tak urung membikin lukisan-lukisan Le Mayeur kian terancam. Old age to the high humidity on the coast could not help make the paintings Le Mayeur increasingly threatened. Media lukis yang terbuat dari bagor terlihat jelas mulai merapuh. Media painting made of clear bagor started merapuh. Media lukis selain kanvas dipakai Le Mayeur pada tahun 1942 saat pendudukan Jepang. Media other than painting canvas Le Mayeur used in 1942 during the Japanese occupation. Akibat perang, pengiriman kanvas dari Belgia terhenti. As a result of the war, sending the canvas from Belgium to a halt. Nah, untuk menjaga ke- awetannya, lukisan-lukisan itu direstorasi secara berkala oleh para pakar dari Galeri Nasional, Jakarta. Well, to keep the awetannya, the paintings were restored periodically by experts from the National Gallery, Jakarta.

Koleksi Museum Le Mayeur Le Mayeur Museum Collection
Koleksi utama museum Le Mayeur adalah berupa 88 buah lukisan karya maestro terkenal berkebangsaan Belgia yaitu Andrien Jean Le Mayeur de Merpres dengan aliran/gaya impresionis. The main collection of Le Mayeur museum is the fruit of 88 paintings by famous masters of Belgian nationality Andrien Jean Le Mayeur de Merpres with the flow /

impressionist style. Dari 88 buah lukisan tersebut: 88 pieces of the picture:

04 buah dibuat pada tahun 1921, 04 pieces made in 1921,
04 buah dibuat pada tahun 1927, 04 pieces made in 1927,
03 buah dibuat pada tahun 1928, 03 pieces made in 1928,
28 buah dibuat pada tahun 1929, 28 pieces made in 1929,
03 buah dibuat pada tahun 1930, 03 pieces made in 1930,
14 buah dibuat pada tahun 1938, 14 pieces made in 1938,
23 buah dibuat pada tahun 1942, dan 23 pieces made in 1942, and
10 buah dibuat pada tahun 1957,
47 lukisan mengambil tema Bali, sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut; 10 pieces made in 1957, 47 paintings takes the theme of ali, while the materials used are as follows; 28 buah diatas kanvas, 28 pieces on canvas,
25 buah diatas hand board, Hand over 25 pieces board 06 buah diatas tripleks, Plywood over 06 fruits,07 buah diatas kertas dan Over 07 pieces of paper and 22 buah diatas Bagor. Bagor over 22 pieces.

Lokasi Museum Museum Location
Museum Le Mayeur terletak di tepi Pantai Sanur, termasuk dalam wilayah Banjar Pekandelan, Sanur Kaja. Le Mayeur Museum is located on the edge of Sanur beach, including in the Banjar region Pekandelan, Sanur Kaja. Untuk mencapai lokasi hanya dapat dicapai melalui jalan setapak yaitu pada ujung Jalan Hang Tuah ke kanan ± 70 m. To reach the location can only be achieved through a path that is at the end of Jalan Hang Tuah to the right of ± 70 m. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut: The limits are as follows:

- Sebelah Timur: Pantai Sanur - East: Sanur Beach

- Sebelah Barat: Penginapan Ni Pollok - West: Lodging Ni Pollok

- Sebelah Utara: Pura Dalem / Hotel Dewangkara - North: Pura Dalem / Hotel Dewangkara

- Sebelah Selatan: Hotel Grand Bali Beach. - South: Hotel Grand Bali Beach.

Transportasi Transportation
Jarak tempuh museum Le Mayeur dengan tempat-tempat penting lainnya seperti Mileage Le

Mayeur museum with important places such as

- museum - Denpasar ± 7 km (± 15 menit perjalanan) - Museum - Denpasar ± 7 km (± 15

minutes)
- museum - Bandara Ngurah Rai ± 14 km (30 menit perjalanan) - Museum - Ngurah Rai

International Airport ± 14 km (30 minutes journey)

- museum - Gilimanuk ± 141 km (± 2 jam perjalanan) - Museum - Gilimanuk ± 141 km (± 2 hours drive)

- museum - Padang Bay ± 60 km (± 1 jam perjalanan) - Museum - Padang Bay ± 60 km (± 1 hour trip)

- museum - Terminal Ubung ± 10 km (± 20 menit perjalanan) - Museum - Terminal Ubung ± 10 km (± 20 minutes journey)

- museum - Terminal Kreneng ± 5 km (± 10 menit perjalanan) - Museum - Terminal Kreneng ± 5 km (± 10 minutes journey)

- museum - Terminal Batubulan ± 7 km (± 15 menit perjalanan) - Museum - Terminal Batubulan ± 7 km (± 15 minutes)

- museum - Kuta ± 15 km (± 45 menit perjalanan). - Museum - Kuta ± 15 km (± 45 minutes).

Jadwal Kunjungan Schedule Visit

Sabtu - Kamis : 08.00 - 15.00 WITA Saturday - Thursday: 08.00 - 15.00 WITA

Jumat : 08.00 - 12.30 WITA Friday: 08.00 - 12.30 WITA

Tutup : Libur resmi. Close: Official Holiday.

Harga Karcis Ticket Prices


- Perorangan (1 -- 9 orang) - Individual (1 - 9 people)

- Anak-anak: Rp 1.000,-/orang - Child: USD 1000, -/orang

- Dewasa : Rp 2.000,-/orang - Adult: USD 2000, -/orang

- Rombongan (10 orang ke atas) - Group (10 persons and above)

- Anak-anak: Rp 500,-/orang - Child: USD 500, -/orang

- Dewasa : Rp 1.000,-/orang - Adult: USD 1000, -/orang

Source:
http://www.museum-indonesia.net

http://www.potlot-adventure.co